Jumat, 24 Mei 2019

Seminar Komunikasi di SMK Negeri 6 Palembang


yeayyy Mahasiswa Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Proudly Present 
Dengan Narasumber ketua Jurusan Komunikasi kami bu Anita, Kak Caca Putri Indonesia 2017 dan Bujang Candradimuka yakni Kak Novriadis. Seminar ini berjudul tentang "Pentingnya Komunikasi di Era Milenial". Perlu Diketahui bahwa Seminar ini Free dan Tebuka Untuk Universitas Manapun, pastinya free snack  dan sertfikat juga. malah ditambah sama doorprize hehe

Kegiatan seminar ini alhamdullah di hadiri lebih kurang 60 peserta dengan berbeda-beda Universitas yang ada di Palembang dan juga siswa SMK 6 sendiri dan kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00 wib s/d selesai SMK Negeri 6 Palembang. Bukan hanya teori saja, tapi di seminar ini juga diadakan simulasi mengenai public speaking yang langsung dicoba oleh beberapa narasumber 

Dengan berjalanya acara ini , membuat kami semua panitia bisa bekerjasama dengan baik , walaupun banyak rintangan dan tantangan yang kami hadapi :) Butuh waktu hanya kurun waktu 2 minggu  untuk mempersiapkan event yang luar biasa ini . 
dan terimakasih banyak atas pihan yang berpartisipasi
semoga kami dapat menjalankan seminar lain yang bermanfaat untuk semua !!!




EVENT CAFIFEST 2019 PAMERAN PERIKLANAN & PEMASARAN PRODUK


Salam Komunikasi !!! special blog tentang kegiatan CAFIFEST 2019
Mahasiswa Ilmu Komunikasi  membuat suatu produk, dan dipasarkan di kampus tercinta kami dalam Event Candradimuka Film Festival 2019 (CEFIFEST 2019).
Pada pagi hari Selasa 30 April 2019  kami harus memasarkan produk yang kami buat bersama kelompok. Kebetulan kelompok kami memasarkan Produk jasa yaitu HYDE Wedding Organizer, dan Produk makanan yaitu, Es Jagung, Basreng, dan Bakso Aci (Boci), kami dituntut mengelola modal yang kami buat sehingga menjadi suatu keuntungan, dan kami dituntut bagaimana caranya memasarkan produk tersebut. Bukan kami saja yg menjual produk masih banyak lagi yang menjual produknya, karena seluruh Mahasiswa Semester II dan Semester IV dituntut hal yang sama.

Pada siang harinya, kami menghadiri Talkshow Film dan Screening Film dengan Tema Peran Sineas Muda terhadap Perkembangan Film Pendek di Sumatera Selatan oleh Narasumber yang berkompeten didalam bidangnya yaitu :
1. Bapak. Dr. Yuyung Abdi, S.Si, M. Med.Kom
2. Bapak Dilmai Putra, S.Sn, M.Sn
3. Bapak. Rifqi (Layar Taman)
Serta Moderator yang sangat luar biasa Ibu Sumarni Bayu Anita, S.Sos, M.A
Dan suatu kebanggaan sekali karena HYDE Wedding Organizer bisa menjadi sponsor dari segi Decoration Stage yang digunakan untuk Talkshow.
 
Pada malam harinya Puncak Acara pada CAFIFEST 2019 yaitu Screening Film Pendek yg dilombakan, sekaligus pengumuman Juara Film Pendek tingkat Mahasiswa/Umum. Pada kesempatan ini alhamduliah saya dipercaya untuk menjadi MC dalam acara yg luar biasa ini berpasangan dengan MC yang kece yang serba bisa yaitu Cristy Ayu Presenter TVRI Sumatera Selatan, dan Penyiar Radio Momea. Untuk pemenang lomba film pendek sebagai berikut :
Genre Action :
1. Tekanan (Sengiseng Production)
2. Si Putih yang Menyesatkan (Holfaz Film)
Genre Comedy :
1. Enggak Ori (Tak Lakoni)
2. Mutiara dan Terumbu Karang (Content Creator Baturaja)
Genre Horor:
1. Paranoid (Populolo Production)
2. Mata Batin (Haw Production)
Genre Legend :
1. Si Pahit Lidah ( Holfaz Film)
2. Kemaro Island ( Tralala Entertainment)
Genre Drama :
1. Last (CnB Production)
2. Kampanye (Ruang Cahaya)
 
rangkaian acara yang menarik dan sangat membanggakann
MARI BERKOMUNIKASI !!!
 

Etika Public Relation


Etika Dalam Kegiatan Public Relations
Telah kita ketahui ciri hakiki manusia bukanlah dalam hal pengertian wujud manusia (human being), melainkan proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, tingkah laku dan lain-lain, serta aspek-aspek yang menyangkut kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia (Soekotjo, 1993:102).
Menurut Soekotjo (1993), karena itu dalam konteks hubungan di Indonesia, yang baik terlebih lagi sebagai insan PR, maka akan tampak betapa pentingnya faktor etika. Disebut orang penting karena sebelum melaksanakan hubungan manusia, sikap etis harus tercermin terlebih dahulu pada diri seorang humas yang profesinya banyak menyangkut hubungan manusia.
Terlebih lagi sebagai manusia Indonesia, yang sifat paternalistiknya masih tampak di mana-mana, sikap etis seorang pemimpin terhadap bawahannya menjadi sangat penting karena seorang pemimpin harus mencerminkan sikap seorang panutan yang akan disegani oleh bawahan dan rekan-rekan sekerjanya. Aturan pertama dan pokok dari segala etika: Do what you want from others do to you?.
Dalam hubungannya dengan kegiatan manajemen perusahaan sikap etislah yang harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas harus menguasai etika-etika yang umum dan tidak umum antara lain:
1) Good communicator for internal and external public
2) Tidak terlepas dari faktor kejujuran (integrity) sebagai landasan utamanya
3) Memberikan kepada bawahan/karyawan adanya sense of belonging dan sense of wanted pada perusahaannya (membuat mereka merasa diakui/dibutuhkan)
4) Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap dijaga
5) Menyampaikan informasi-informasi penting kepada anggota dan kelompok yang berkepentingan
6) Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia
7) Menguasai teknik dan cara penanggulangan kasus-kasus, sehingga dapat memberikan keputusan, dan pertimbangan secara bijaksana
8) Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam profesinya
9) Penuh dedikasi dalam profesinya
10) Menaati kode etik humas.
Etika Kehumasan atau Etika Profesi Humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang profesi (Etika Profesi Humas). Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relations Professional), baik secara kelembagaan atau dalam struktur organisasi (PR by Function) maupun individual sebagai penyandang profesional Humas (PRO by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan ke depan, yaitu pergeseran system pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globalisasi yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang lebih terbuka, serta kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan dan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos (penetration) batas-batas wilayah suatu Negara (borderless), dan sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya.
Etika dalam industri PR juga dapat dikatakan dengan etika sosial. Etika sosial adalah menyangkutkan hubungan manusia yang mempunyai sikap kritis terhadap setiap pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dalam pengertian etika sosial ini juga berkaitan dengan etika profesi, etika profesi adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap dan sesuai, tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan dan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
 Prinsip-prinsip Etika Profesi Public Relations 
Tuntutan profesional sangat erat dengan suatu kode etik setiap profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. Di sini akan dikemukakan empat prinsip etika profesi yang paling kurang berlaku untuk semua profesi pada umumnya. Tentu saja prinsip-prinsip etika pada umumnya yang berlaku bagi semua orang, juga berlaku bagi profesional sejauh mereka adalah manusia (Kerap, 1998:44).
Menurut Kerap, ada 4 prinsip etika profesi dalam Public Relation, yaitu :
1). Prinsip tanggung jawab adalah salah satu prinsip bagi kaum profesional. Bahkan sedemikian pokoknya sehingga seakan tidak harus lagi dikatakan. Karena, sebagaimana diuraikan di atas, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang bertanggung jawab. Pertama bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya.
2). Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan tertentu, khususnya orang yang dilayaninya dalam rangka profesinya.
3). Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan konsekuensi dari hakikat profesi itu sendiri. Hanya saja prinsip otonomi ini punya batas-batasnya juga. Pertama, prinsip otonomi dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. kedua, otonomi itu juga dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan umum.
4). Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat ciri-ciri profesi di atas, terlihat jelas bahwa orang yang profesional juga orang yang punya integritas pribadi atau moral yang tinggi. Karena itu punya komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga kepentingan orang lain atau masyarakat.
Etika dan Citra (Image) Dalam Public Relations
Pentingnya pemahaman etika bagi para pejabat humas karena menyangkut penampilan (profile) dalam rangka menciptakan dan membina citra (image) organisasi yang diwakilinya.
Dua konsep penting dari humas tersebut diidentifikasikan oleh G.Sachs dalam karyanya The Extent and Intention of PR/Information Activities sebagai berikut: “Citra (image) adalah pengetahuan mengenai kita sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda. Penampilan (profile) adalah pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap kita yang kita inginkan mempunyai ragam kelompok kepentingan”.
Penjelasan G. Sachs, yang disitir Effendy (1998), dapat disimak bahwa citra adalah dunia sekeliling kita yang memandang kita. Penampilan adalah definisi kita sendiri dari titik pandang mengenai kita. Sifat penampilan selalu berorientasi ke masa depan, dan citra menimbulkan efek tertunda serta menjadi subyek berbagai kendala dan gangguan. Sehubungan dengan informasi dan komunikasi itu, timbul beberapa pertanyaan: informasi apa yang dikomunikasikannya, siapa yang mengkomunikasikannya, siapa yang menjadikan sasaran komunikasinya, dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya dengan citra penampilan, tampak bahwa citra dan penampilan tidak pernah serupa dan tidak pernah tepat. Citra menjadi sasaran faktor-faktor yang sama sekali di luar kontrol kita. Mengenai faktor-faktor yang dapat kita pengaruhi dan yang mempengaruhi citra kita, jelas bahwa kegiatan pengkomunikasian informasi yaitu cara menyalurkan penampilan kita sangatlah penting karena merupakan kebijakan informasi.
Citra dan penampilan dalam kaitannya dengan etika dan nilai-nilai moral sudah disadari dan dipermasalahkan sejak lama, sejak humas dikonseptualisasikan, lebih–lebih setelah didirikan International Public Relation Association (IPRA). IPRA Code of Conduct, yaitu kode etik atau kode perilaku dari organisai humas internasional itu, diterima dalam konvensinya di Venice pada bulan Mei 1961. Berikut ini adalah ikhtisar dari kode etik tersebut.
1). Integritas pribadi dan profesional (standar moral yang tinggi), reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode IPRA.
2). Perilaku klien dan karyawan: 
Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan.
Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan.
Menjaga kepercayaan klien dan karyawan.
Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain.
Menjaga kompensasi yang tergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu.
3). Perilaku terhadap publik dan media: 
Memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang
Tidak merusak integritas media komunikasi
Tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan
Memberikan gambaran yang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani
Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan khusus atau kepentingan pribadi yang tidak terbuka.
4). Perilaku terhadap teman sejawat: 
Tidak melukai secara sengaja reputasi profesional atau praktek anggota lain.
Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan karyawannya atau kliennya.
Bekerja sama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan kode etik ini.

Comunity Relation

COMMUNITY RELATIONS

Community (komunitas) sebagaimana dijelaskan oleh Hartono dengan merujuk pada pandangan Schaefer memiliki arti unit spatial atau unit politik dari organisasi sosial yang dapat memberikan individu perasaan kebersamaan atau persaan saling memiliki. Masih dalam buku yang sama secara sosiologi komunitas memiliki tiga karakteristik yang meliputi kesatuam tempat (locality), jaringan sosial (social network) dan hubungan (relationship-commun ion). Melihat hal ini tentunya komunitasd memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial.

Community relation dijelaskan oleh Bisnis Dictionary sebagai Firm's interactions with the people constituting the environment it operates in and draws resources from, to foster mutual understanding, trust, and support Community relations dapat dikatakan sebagai hubungan yang baik antara corporate dengan lingkungan di sekitarnya dengan tujuan untuk mendapatkan kepercayaan, saling pengertian maupun support.

Community relations dapat berjalan dengan baik tentunya perlu adanya pembinaan yang baik dari pihak corporat. Community relations saat ini mejadi satu agenda yang wajib dilakukan karena perusahaan meruapakan bagian yang vital dari komunitas dimana perusahaan itu berdiri. Community relations tidak hanya meliputi komunitas sempit di daerah perusahaan itu berdiri tepai dapat juga meliputi komunitas yang lebih luas.
Community relations berbeda dengan filantropi yang bersifat sementara dan terdiri dari beberapa proyek saja, tetapi community relations haruslah kegiatan yang bersifat strategis dan berkesinambungan. Community relations ini tentunya merupakan agenda yang harus dilakukan untuk membangun kepercayaan dan suport dari komunitas sehingga terbentuk reputasi corporat yang teguh.

Dalam membangun community relations ini tentunya pihak korporat perlu bekerja keras dengan mengadakan program-program sosial yang berlangsung secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan program community relations perusahaan seharusnya tidak membawa-bawa nama public relations dibelakang program meskipun program ini digagas oleh public relations dengan tujuan untuk meminimalisir sentimen negatif dari komunitas terhadap program yang dilakukan.

Studi kasus


Bank Central Asia yang lebih dikenal dengan Bank BCA merupakan perusahaan yang berdiri pada tahun 1955. Saat ini BCA dapat dikatakan sebagai bank swasta national yang terbesar di Indonesia dan memiliki reputasi yang baik. BCA memiliki perkembangan yang sangat cepat dan dalam perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari reputasi bank BCA yang kuat.
Reputasi bank BCA ini tentunya tidak dapat diperoleh serta merta dan instan. Reputasi Bank BCA tentunya didapatkan melaui jerih payah corporate. Penbentukan reputasi Bank BCA ini salah satunya adalah dengan program community relations yang dicanangkan. Komunitas yang dijangkau oleh Bank BCA tentunya tidak hanya mencakup komunitas dalam skala yang kecil saja tetapi lebih mengarah kepada komunitas secara nasional karena Bank BCA merupakan bank yang beroperasi secara nasional. Oleh karena itu hubungan komunitas (community relations) yang dibangun oleh Bank BCA adalah hubungan secara nasional yang meilupti seluruh wilayah Indonesia.

Sebagaimana diungkapkan oleh Presiden direktur BCA, Djohan Emir Setiojoso ”BCA memberikan dukungan kepada masyarakat kurang mampu, bantuan bagi korban bencana alam, dan memiliki komitmen jangka panjang guna meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan masyarakat. Community relations dibangun melalui program-program sosial yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu.
Program-program sosial yang canangkan oleh Bank BCA dalam rangka membangun community relations adalah meliputi:
a. Program pendidikan Akuntansi (PPA). Program ini diadakan oleh BCA dengan sasaran lulusan sekolah menengah yang kurang mampu. Program PPA merupakan program non gelar setara Diploma yang diselengarakan untuk meningkatkan pendidikan bagi kalangan yang tidak mampu sehingga kendala keuangan tidaklah membuat kalangan kurang mampu menjadi putus sekolah. Lulusan PPA yang terbaik diberikan kesempatan untuk menjadi staf junior BCA.
b. BCA peduli dengan pendidkan di daerah yang kurang dengan memberikan bantuan fasilitas buku, renovasi gedung, pelatihan intrukstur dan teknisi laboratorium komputer.
c. BCA peduli dengan kondisi masyarakat yang terkena bencana. Dalam kasus bencana di Indonesia BCA bekerja sama dengan perbankan lain membantu para korban bencana alam. BCA juga membangun Plform jaringan ATM yang efisien untuk memungkinan penyaluran dana dari lembaga sosial dalam pemulihan rekronstruksu Aceh pada tahun 2005.
d. BCA secara kontinu mengadakan aksi donor darah dengan bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI).

Program-program sosial seperti di atas merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan korporat untuk membagun hubungan yang baik dengan komunitas sehingga komunitas memiliki hubungan bating (psikologis) yang baik dengan perusahaan. Melalui terciptanya hubungan psikologis yang baik ini maka kepercayaan komunitas terhadap perusahaan yang muncul dan menjadi kekuatan bagi perkembangan korporat.

Media Relation

 
Bagi Public Relations, membangun reputasi di era digital saat ini merupakan tantangan yang harus dihadapi. Betapa tidak, arus informasi tersaji dengan cepat. Orang-orang bisa mendapatkan berita terkini tanpa harus menyalakan layar tv. Hanya dengan mengakses media sosial melalui gadget masing-masing berita aktual dapat diakses dengan cepat. Public Relations professional haruslah sadar betul bahwa media memiliki peran penting dalam kegiatan publikasi. Sehingga penting bagi Public Relations untuk menjalih hubungan dengan media atau yang selanjutnya disebut dengan Media Relations. Media relations merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang Public Relations yang berhubungan dengan media massa, dalam hal ini adalah kegiatan publikasi perusahaan. Media relations penting dilakukan bagi seorang Public Relations karena tujuan utamanya adalah untuk reputasi perusahaan.
Media relations merupakan bentuk strategi komunikasi seorang Public Relations professional dalam menjaga hubungan dengan media. Menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan media amatlah penting bagi seorang Public Relations. Sebab media adalah sarana publikasi, dimana segala informasi tentang perusahaan disalurkan selain itu media juga merupakan sarana untuk membangun reputasi. Saat ini media merupakan acuan public untuk bergerak dan bertindak, publik seolah digiring oleh media untuk berperilaku sesuai dengan isu yang ada. Pasalnya Jika media menggiring publik ke arah yang negative maka hal ini akan membawa dampak yang kurang menguntukan bagi perusahaan karena dapat mempengaruhi reputasi perusahaan. Jika media menggiring kearah yang positif maka ini akan meningkatkan reputasi perusahaan. Sehingga penting sekali bagi Public Relations professional untuk menjalin hubungan baik dengan media.
Melalui media, reputasi perusahaan terbangun. Support dan jaringan bagi perusahaan juga terbangun. Ketika hubungan media terjalin dengan baik, maka kepercayaan public terhadap perusahaan juga pastinya akan semakin kuat sebab pesan yang disampaikan oleh media diterima oleh public dengan baik pula. Rini Damastuti dalam bukunya yang berjudul Media Relations: Konsep Strategi dan Aplikasi (2012) menyebutkan bahwa kegiatan media relations terbagi menjadi dua bentuk. Pertama adalah tulisan seperti press release, tulisan yang ditujukan kepada editor, pemberitahuan megenai layanan publik dan komunikasi melalui media di internet. Kedua adalah dengan menggelar suatu kegiatan atau acara, contohnya media gathering atau media relations yang dibuat oleh praktisi PR, press call yang dilakukan untuk menyampaikan informasi melalui telepon, media events seperti undangan bagi media untuk menjadi sponsor dalam suatu kegiatan, kemudian tentunya adalah konferensi pers dengan media.
Kunci dari kegiatan media relations adalah konsistensi. Public Relations harus selalu memberikan informasi kepada media secara rutin dan haruslah sering mengadakan pertemuan untuk sekedar sharing santai. Hal ini penting dilakukan karena media akan selalu menginginkan informasi setiap hari setiap saat. Konsistensi juga diperlukan dalam konten publikasi agar tidak membosankan. Public Relations harus memikirkan  berita yang akan dimuat, siapa audience nya, relevansi berita, durasi penyampaian berita, keakuratan berita, dan siapa penyampai beritanya. Sehingga pesan yang disampaikan melalui media dapat diterima dengan baik oleh publik. Terakhir adalah pentingnya seorang Public Relations melakukan evaluasi dari aktivitas media relations yang dilakukan. Bagaimanapun juga media relations adalah startegi yang dilakukan oleh public relations dalam membangun dan mempertahankan reputasi perusahaan. Oleh karenanya setiap aktivitas yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi. Proses evaluasi dilakukan untuk mengetahui apa yang kurang dan sebaiknya dipertahankan dari kinerja yang telah dilakukan.

Government Relations



haiii kali ini bahas tentang hubungan pemerintahan kayak giamana sih??

Government Relations

Government Relations (GR) adalah suatu hubungan perusahaan dengan pemerintah pemerintah, yang erat hubungannya dengan lembaga legislatif, peraturan pemerintah dimana dalam hal ini, PR  memerlukan keahliah khusus untuk mencapai hasil
positif yang dapat di terima oleh publik melalui perencanaan pemerintahan. GR dapat bergerak dalam bidang-bidang seperti
alokasi, kesehatan, pertahanan, energi, lingkungan, jasa keuangan, keamanan dalam negeri, kebijakan pajak, telekomunikasi dan transportasi. Praktisi PR dalam hal ini bertugas untuk menjadi konsultan/memecahkan/menasihati pemerintahan dalam masalah-masalah tertentu .

Government Relations, mendukung klien sebelum mengambil keputusan utama dalam pemerintahan sehari-hari. Advokasi yang efektif sering kali memerlukan kerja yang simultan yang menyangkut 2 strategi utama yaitu:

Offense – dalam hal ini, PR bertugas untuk ”move the desimal point” dimana PR harus membagi bagian fraksional dari suatu
kegiatan pemerintah. Ini mungkin melibatkan penyusutan jadwal yang lebih pendek dalam kode pajak atau memperluas definisi
untuk menyertakan teknologi baru yang akan memenuhi syarat untuk dana pemerintah.

Deffense – Bekerja dengan koalisi di sektor swasta dan pejabat pemerintah untuk memblokir peraturan pemerintah dari yang
berdampak negatif neraca korporasi. Hal ini mungkin termasuk ketentuan-ketentuan dalam kesehatan, reformasi peraturan atau undang-undang iklim yang mempunyai efek negatif atau yang tidak seimbang pada korporasi.

Government relations memiliki tugas:

a. Menggali data dari pemerintah
b. Monitoring & interpretasi langkah-langkah pemerintah
c. Menyampaikan feed back dari perusahaan atas berbagai kebijakan pemerintah
d. Membangun posisi
e. Mendukung pemasaran

Government relations memiliki posisi yang penting bagi perusahaan, arti penting government relation adalah menciptakan
keselarasan antara berbagai kebijakan pemerintah dengan perusahaan (investasi, kerja sama dagang, pajak dll, memberikan jaminan perlindungan disaat krisis dan mempercepat proses birokrasi atas  berbagai kepentingan perusahaan Hubungan dengan pemerintah tidak dapat dilepaskan dari kegiatan lobbi dan negoisasi dengan pemerintah. Lobby merupakan kegiatan yang dilakukan secara informal untuk mendekati pemerintah sedangkan negoisasi merupakan kegiatan perundingan.
Dalam berhubungan dengan pemerintah perlu mengadakan dua pendekatan yaitu secara resmi maupun tidak resmi.
Lobby-lobby dalam government relation dalam dilakukan dalam bentuk:

a. Lobby langsung (konvensional)
Contoh : Mengadakan Pertemuan Langsung dengan pemerintah

b. Grass Roots Lobbying
Artinya melibatkan masyarakat atau massa untuk melakukan proses lobbying
Contoh : Memberikan argumen atau pengertian kepadapemerintah bahwa perusahaan ini memiliki hubungan atau kepentingan dengan public/masyarakat

c. Political Action Committees (PACs)
Artinya Melibatkan Masyarakat atau Massa namun dengan konsep yang formal dan adanya kemungkinan unsur politik.

Internal Relation

haii hari ini aku mau bahas hubungan kedalam yesss internal relation
stay tuned terus yaaa

INTERNAL PUBLIC RELATIONS
Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan menjadi target dari tugas Internal Public Relations, terutama suasana diantara para karyawannya yang mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan badan atau perusahannya. Kegiatan Public Relations ke dalam perusahaan tersebut diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan di antara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan.
Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan Public Relations Officer yang tidak resmi. Mereka harus menyadari bahwa sebagai anggota atau keluarga dari perusahaan, mereka akan selalu mendapat sorotan dari publik yang ada di luar. Sikap, sifat, tingkah laku, dan perbuatan seorang karyawan atau keluargaya dapat mempengaruhi nama baik instansi atau perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan kesadaran dan keyakinan tersebut diharapkan muncul kegairahan kerja dari para pegawainya. Keadaan yang demikian dapat diciptakan apabila pimpinan atau majikan selalu memperhatikan kepentingan para pegawainya. Baik secara ekonomi, sosial, maupun secara psikologis. 


      Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan itu sendiri yang menjadi target internal public relation, terutama suasana di antara para pegawainya yang mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan perusahaannya. Kegiatan public relations ke dalam perusahaan (organisasi/lembaga) ini diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan di antara para pegawainya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan/atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta masing-masing meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan (organisasi/lembaga). Keserasian hubungan di antara para pegawai, baik vertical maupun horizontal diharapkan akan memperkuat team kerja dalam perusahaan itu, baik kuantitatif maupun kualitatif. Tidak saja terbatas pada para pegawainya yang langsung berada di dalam perusahaan, keluarganyapun mempunyai andil yang besar dalam memupuk hubungan baik ini. Untuk dapat menciptakan keadaan itu semua, kiranya bisa diusahakan adanya :
      
  1.         Pengumuman-pengumuman.
  2.             Buku Pegangan Pegawai.
  3.            Personal calls.
  4.            Pertemuan-pertemuan berkala.
  5.            Kotak Suara.
  6.         Laporan kepada pemegang saham.
  7.            Hiburan dan darmawisata.
  8.           Olah raga.
  9.           Study tour dan training.
  10.           Hadiah-hadiah dan penghargaan..
  11.           Klinik dan rumah Obat
  12.           Tempat-tempat ibadah.
  13.          Tempat-tempat pendidikan.
 Public intern sebagai sasaran humas (Public Relations) terdiri atas orang-orang yang bergiat di dalam organisasi (Perusahaan, instansi, lembaga, badan dan sebagainya) dan yang secara fungsional mempunyai tugas dan pekerjaan serta hak dan kewajiban tertentu. Sebagai public intern mereka terdiri atas kelompok-kelompok tertentu yang tidak selalu sama jenisnya. Dalam bentuk organisasi perusahaan, misalnya, public internnya meliputi public karyawan dan public pemegang saham; di perguruan tinggi public internnya meliputi karyawan, dosen, mahasiswa, dan dewan penyantun. Tetapi apapun jenis organisasinya, salah satu public internnya adalah karyawan. Sebab merekalah yang menggerakkan atau menghidupkan organisasi.

     B.   Aktivitas Internal Public Relation
     Kegiatan Internal Public Relations merupakan kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik internal adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam keberhasilan perusahaan, seperti  karyawan, manajer, supervisor, pemegang saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya.

Melalui kegiatan Internal Public Relations diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan publik internal dari organisasi/perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara
pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang baik. Dengan
begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar.
 Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public Relations Officers,yaitu:

a. Hubungan dengan karyawan (employee relations)

Seorang PR harus mampu berkomunikasi dengan segala lapisan karyawan baik secara formal
maupun informal untuk mengetahui kritik dan saran mereka sehingga bisa dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam organisasi/perusahaan. Seorang PR harus
mampu menjembatani komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Karena dengan diadakan
programemployee relations diharapkan akan menimbulkan hasil yang positif yaitu karyawan
merasa dihargai dan diperhatikan oleh pimpinan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan rasa
memilki (sense of belonging), motivasi, kreativitas dan ingin mencapai prestasi kerja semaksimal
mungkin.

b. Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)

Seorang PR juga harus mampu membina hubungan yang baik dengan pemegang saham, serta
mampu mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam organisasi/perusahaan. Karena sebagai
penyandang dana, mereka harus selalu tahu perkembangan perusahaan secara transparan agar
dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan. Dengan demikian akan
menghilangkan kesalahpahaman dan kecurigaan terhadap perusahaan.
 Contoh public internal PR dalam suatu perusahaan :
· Pimpinan            : Memegang kendali agar perusahaan tetap kokoh
· Pemegam saham: Membantu pimpinan dalam mengendalikan perusahaan
· Karyawan          : Secara tidak langsung dan langsung ikut serta mengendalikan perusahaan
· Produk               :  Merupakan bagian internal terpenting dalam suatu   perusahaan.
· Gaji                    :  Kalau gaji layak maka karyawan akan semakin giat untuk memproduksi produk.
· Peraalatan perusahaan :  Kalau tidak ada peralatan,perusahaan tdiak dapat memproduksi produk

Riset Public Relation

Peran Riset dalam Praktek Public Relations
 
Misalnya, seorang CEO bertanya, apa saja yang sudah dicapai berbagai departemen di perusahaannya selama beberapa tahun belakangan ini, si CEO ini ingin tahu bagaimana setiap departemen berkontribusi pada tujuan pencapaian organisasinya. Nah, bagi departemen public relations, pencapaian tidak hanya dilihat dari berapa banyak siaran media yang dibagikan, newsletter pegawai yang diterbitkan, atau jumlah orang yang mengunjungi situs internalnya. Semua yang disebut tadi hanyalah output-nya.
Yang sebetulnya harus dicapai oleh departemen Public Relations adalah seberapa besar kontribusi mereka pada kesuksesan bisnis organisasinya. Bagaimana caranya mereka mempengaruhi perilaku atau sikap publik yang bisa membuat organisasinya lebih baik? Di sinilah riset yang dilakukan oleh Public relations sangat berperan dalam mengindentifikasi isu-isu penting yang berhubungan dengan ruang lingkup kerjanya, lalu mengembangkannya menjadi strategi public relations, serta menggunakannya untuk mengukur pengaruh program tersebut terhadap perusahaan. Tanpa adanya riset, praktisi akan mendapatkan output yang kecil dengan mengandalkan dugaan-dugaan atau asumsi belaka sebagai bahan laporan. Tanpa adanya riset, praktisi tidak bisa menunjukkan bagaimana caranya suatu program public relations dapat menggerakkan perubahan.
Broom and Dozier (1990) mendefinisikan riset sebagai “kumpulan informasi yang terukur, objektif, dan sistematis yang bertujuan untuk menjelaskan dan mengarahkan pengertian" (hal. 4). Riset merupakan bagian integral proses kerja public relations. Dua tahap dari empat tahap dalam proses kerja public relations, seperti yang dikembangkan oleh Cutlip, Center, and Broom (2000), mengandalkan hasil riset: mendefinisikan masalah dan kesempatan di dunia public relations, serta mengevaluasi programnya. Model ROPE milik Hendrix (riset, objektif, program, dan evaluasi) dan model dari Marston RACE (riset, aksi, komunikasi, dan evaluasi) sama-sama membahas bahwa bergantung pada riset merupakan hal pertama dan terakhir dalam proses kerja public relations (seperti juga disebutkan oleh Stacks, 2002).
Cutlip dll mengatakan dalam risetnya bahwa, “riset adalah fondasi yang efektif untuk public relations” (2000, hal. 343). Stacks mengatakan, “Sederhana saja, tanpa riset Anda tidak bisa mendemonstrasikan efektivatas program Anda” (2002, hal. 4). Gronstedt (1997) menyebutkan bahwa riset menyediakan data kasar yang diperlukan untuk memperkuat nilai suatu organisasi selain juga menyediakan informasi yang membantu terbentuknya keputusan yang berdaya saing. Riset merupakan bagian penting dari manajemen public relations untuk membantu praktisi memfokuskan diri pada tujuan, objektif, dan hasil, bukan melulu pada output, dan dalam prosesnya, akan menciptakan metode yang sistematis dalam melakukan semuanya.
Riset juga menjadi hal fundamental yang bisa dijadikan acuan bagi beberapa contoh praktek public relations yang unik, termasuk praktek ala sistem terbuka dan ala two-way. Peran dari si public relations haruslah lebih dari sekadar menyampaikan pesan si organisasi atau seperti yang sering disebut sebagai taktik berkomunikasi “inside-out” (Gronstedt, 1997, hal. 39). Dalam model sistem terbuka, public relations juga sering menggunakan taktik “outside-in” dengan cara mengomunikasikan kembali kepada organisasinya apa yang dipercayai, dirasakan, dan dikhawatirkan oleh publik yang dijadikan target utama (Gronstedt, hal. 39). Pada model sistem terbuka, organisasi dan publik saling bertukar informasi, dan mempengaruhi satu sama lain. Di sinilah pentingnya riset sebagai fasilitator pertukaran informasi ini. Riset menyediakan tujuan bagi organisasi untuk menelaah lebih dulu lingkungan di mana publik dan isu-isu yang ingin diangkat. Riset membuka potensi di mana organisasi bisa membangun hubungan baik dengan area yang ingin dicakup agar pengembangan program dan tindakan taktis dapat meminimalisir melebarnya masalah yang tidak perlu. (Broom & Dozier, 1990; Cutlip, Center, & Broom, 2000).
Komunikasi model simetrikal dua arah diajukan pertama kali oleh James E. Grunig, ia menekankan pentingnya organisasi dan publik yang menjadi target utama untuk saling terlibat dalam dialog rutin demi membangun hubungan baik yang saling menguntungkan. Maka riset pun harus menjadi bagian dari dialog. “Dengan model simetrikal dua arah, para praktisi dapat menggunakan riset dan dialog yang bermanfaat saat terjadi perubahan pada ide-ide, sikap dan perilaku baik dari organisasi maupun publik yang terlibat” (Grunig, Grunig, & Dozier, 2002, hal. 308). Riset lebih jauh dapat dilakukan untuk mengukur hubungan kerjasama dan mengidentifikasi berbagai indikator yang bisa dijadikan sebagai pengukur hubungan kerjasama yang baik antara organisasi dan public relations-nya (Grunig & Hon, 1999).
Grunig et al. menemukan bahwa “Public relations yang baik adalah yang menggunakan riset (dua-arah), simetrikal (walaupun pada prakteknya organisasi berjuang menyeimbangkan antara faktor simetri dan asimetri saat mereka membuat keputusan) dan komunikasi secara personal maupun tidak langsung (dilihat dari situasi dan publiknya)” (2002, hal. 25-26).
Maka, riset sangatlah fundamental. Ada juga yang mengatakan bahwa, “Dibandingkan dengan program yang digarap seadanya, program public relations yang hebat adalah yang didasari oleh riset yang mempertimbangkan pemetaan pasar dan sudah melakukan berbagai macam evaluasi pada risetnya (klinis, kliping, dan umum)” (hal. 26).
Riset juga bisa memberikan manfaat pada karir si praktisi selain bermanfaat bagi organisasi dan departemen public relations-nya. Broom and Dozier mencatat dari beberapa ilmu, termasuk ilmu mereka sendiri ada hubungan erat antara riset PR dan partisipasi PR dalam membuat keputusan manajerial. “Rasanya akan seperti Anda tidak diundang ke meja bundar tempat semua keputusan dibuat, kecuali Anda berkontribusi pada proses pengambilan keputusan lewat pengumpulan data-data sistematis, - hasil riset” (1990, hal. 10). Austin, Pinkleton, and Dixon (2000) juga mencatat, “Sepertinya sudah jelas bahwa mereka (public relations) yang memiliki keahlian dalam hal produksi tetaplah memerlukan kekuatan melakukan riset secara baik untuk mememperkuat data yang mereka punya jika mereka ingin menaikkan status pekerjaan mereka ke pekerjaan yang sifatnya lebih manajerial” (hal. 249).
Periset lain juga menemukan hubungan yang serupa pada kemampuan seseorang untuk melakukan riset dengan kemajuan karirnya. Grunig et al. (2002) mencatat bahwa dalam suatu organisasi, keahlian seseorang dalam berstrategi sangatlah dihargai, karena manajer departemen public relations biasanya lebih baik dalam melakukan peran teknis dan manajernya dibandingkan melakukan peran strategis. Peran strategis memerlukan keahlian mengevaluasi riset, pemetaan pasar dan riset publik yang tersegmentasi. Implikasinya, para manajer komunikasi ini kemungkinan besar atau cenderung dianggap sebagai manajer yang mampu berstrategi jika memiliki keahlian meriset.
Akan tetapi apa yang terjadi? Pada kenyataannya, banyak sekali departemen public relations yang tidak melakukan riset atau hanya melakukannya sambil lalu, walaupun bukti kuat bahwa riset public relations merupakan hal penting dalam membuat program-program yang lebih efektif sudah banyak diketahui. Pada sebuah survei, sebanyak 50 percent responden mengatakan bahwa mereka jarang atau tidak pernah mengalokasikan dana untuk riset (Gronstedt, 1997). Alasan paling umum adalah minimnya dana untuk melakukan riset, kurangnya pelatihan riset, dan adanya ketakutan kinerja program mereka yang akan dianggap tidak sukses jika ada data-data riset yang merujuk ke arah itu. Sedangkan bagi organisasi yang melakukan riset, total biaya yang mereka keluarkan hanyalah 10 percent dari total dana yang direncanakan (Williams, 2003). Para praktisi public relations seringkali tidak sadar bahwa riset sederhana sudahlah tersedia dan bisa didapat dengan berbagai cara yang mudah dan kadang nyaris tanpa biaya apapun (Hon, 1998). Riset sederhana meliputi “mencermati data-data yang sudah tersedia,” termasuk di antaranya informasi akademis, perdagangan dan jurnal-jurnal profesional (Lindenmann, 2003, hal. 3).
Banyaknya program-program yang memenangkan penghargaan penting di bidang public relations menandai meningkatnya riset yang dilakukan public relations. Stacks (2002) mencermati bahwa prosentase penerima penghargaan PRSA Silver Anvil yang menggunakan riset serius untuk kampanye mereka meningkat dari 25 persen di tahun 1980 ke 75 persen di tahun 1998. Program penghargaan IABC’s Gold Quill juga termasuk dalam komponen yang menjadi ukuran. Ada pula penghargaan tahunan Jake Wittmer Award yang digagas oleh sebuah asosiasi untuk memberikan penghargaan kepada praktisi penguna riset untuk mengembangkan program yang efektif bagi proyek komunikasi mereka (Williams, 2003). Campaignasia turut melaporkan bahwa Samsung, si raksasa dari Korea menggunakan jasa riset dari Nielsen untuk membantu mereka mendapatkan informasi berskala global sehingga Samsung berhasil menjadi merek No. 1 menurut laporan Campaign Asia-Pacific 2012 Asia’s Top 1000 Brands.

Manajemen Krisis

HAIII SEMUANYAAA!!!
hari ini aku akan bahas tentang apa sih Manajemen Krisis dalam ruang lingkup public relation??? penasarann kannn?? check it off!!!

Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang mengancam merugikan organisasi, stakeholders, atau masyarakat umum. Ada tiga elemen yang paling umum untuk mendefinisi krisis: ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu singkat. Berbeda dengan manajemen risiko, yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan cara terbaik untuk menghindari ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan dengan ancaman yang telah terjadi. Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidakpastian dan faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin faktor kepastiannya. Sebenarnya yang disebut manajemen krisis itu diawali dengan langkah mengupayakan sebanyak mungkin informasi mengenai alternatif-alternatif, maupun mengenai probabilitas, bahkan jika mungkin mengenai kepastian tentang terjadinya, sehingga pengambilan keputusanan mengenai langkah-langkah yang direncanakan untuk ditempuh, dapat lebih didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap mungkin serta setajam (setepat) mungkin informasinya. Tentu saja diupayakan dari sumber yang dapat diandalkan (reliable), sedangkan materinya juga menyandang bobot nalar yang cukup.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Menurut Djamaluddin Ancok, jika dipandang dari kacamata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :
  1. Intensitas permasalahan akan bertambah.
  2. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
  3. Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
  4. Masalah menganggu nama baik perusahaan.
  5. Masalah dapat merusak sistem kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
  6. Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi panik.
  7. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi [1]
Kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh krisis sekaligus lemahnya dalam mengantisipasi datangnya sebuah krisis, menjadikan perlunya langkah-langkah antisipatif dalam sebuah kerangka kerja yang disebut manajemen krisis.
Empat tahap atau fase tersebut adalah : (dalam Ruslan, 1994 : 93-103)
1. Tahap Prodromal
Suatu krisis besar biasanya bermula dari krisis yang kecilkecil sebagai pertanda atau gejala awal (sign of crisis) yang akan
menjadi suatu krisis sebenarnya yang akan muncul dimasa yang akan datang. Pada tahap ini sebenarnya sudah diketahui gejala-gejalanya, tetapi tidak ditanggapi dengan serius atau tanpa mengambil tindakan pengamanan tertentu.
2. Tahap Akut
Bila prakrisis tidak terdeteksi dan tidak segera diambil tindakan yang tepat, maka akan menimbulkan masalah yang lebih fatal. Tahap akut adalah tahap antara, yang paling pendek waktunya bila dibandingkan dengan tahap-tahap lainnya. Namun salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap akut adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak yang menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan atau organisasi, sedangkan intensitas ditentukan oleh kompleks permasalahan. Meskipun tahap ini merupakan krisis yang berlangsung secara singkat, tetapi masa akut ini adalah masa yang cukup menegangkan dan paling melelahkan untuk ditangani.
3. Tahap Kronis
Adalah masa pemulihan citra (image recovery) dan merupakan upaya meraih kepercayaan kembali dari masyarakat. Masa krisis kronis berlangsung cukup panjang tergantung pada jenis dan bentuk krisisnya. Tahap kronis juga merupakan masa untuk mengadakan instropeksi kedalam dan keluar tentang kenapa dan mengapa krisis bisa terjadi?. Masa ini juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya melewati masa krisis, bila terjadi keguncangan manajemen dan kebangkrutan perusaaan atau organisasi.
4. Tahap Resolusi
Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari empat tahap krisis. Pada masa ini, perusahaan atau organisasi yang bersangkutan akan bangkit kembali seperti sedia kala. Setelah melalui proses perbaikan dan pemulihan sistem produksi, pelayanan jasa, strukturalisasi manajemen dan operasionalisasi. Setelah itu baru memikirkan pemulihan citra (image recovery) dan mengangkat nama perusahaan dimata khalayak dan masyarakat luas lainnya. Pada tahap ini secara operasional, personel dan manajemen menjadi lebih matang dan mantap, karena sudah melaui proses perbaikan dan restrukturalisasi dan lain sebagainya. Khususnya bagi praktisi Public Relations akan lebih siap dengan kiat manajemen krisis untuk mengantisipasi
hal serupa dikemudian hari.
Fungsi dasar manajemen meliputi planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. (Putra, 1999 : 12)
  • Planning atau perencanaan meliputi penentuan tujuan dan tindakan, pengembangan aturan, prosedur, pengembangan rencana dan melakukan prediksi.
  • Organizing meliputi pemberian tugas kepada bawahan, membuat bagian-bagian, membuat jaringan perintah dan koordinasi kegiatan bawahan.
  • Staffing meliputi peekrutan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, kualifikasi karyawan, pelatihan dan
    pengembangna karyawan.
  • 4. Leading meliputi segala hal yang perlu dilakukan agar target pekerjaan dapat tercapai seperti supporting dan motivating.
  • Controling merupakan penentu standar kemudian membandingkan. Manajemen krisis merupakan serangkaian kegiatan penangan krisis, dimulai dari persiapan dengan menitik beratkan pada perencanaan dan penanganan dimasa krisis, sampai dengan pasca krisis. Manajemen krisis mensyaratkan adanya perencanaan, dimaksudkan agar ketika krisis terjadi organisasi bisa menerapkan dan
    mengembangkan perencanaan sesuai dengan situasi dan kondisi, dan diharapkan dampak negative yang ditimbulkan dapat diminimalisir.


Produksi Media / Pengelolaan Sosial Media

baiklah di blog kali ini aku akan bahas tentang hidup mati para netizen hahah yakni sosial media tapi yang pasti berkaitan dengan public relation dong...keep reading!
Multimedia diambil dari gabungan 2 kata iaitu multi dan media. Multi bererti banyak dan media bererti media atau perantara. Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur iaitu teks, grafik, suara, video, animasi dan intraktif yang menghasilkan satu persembahan yang menarik. Multimedia juga mempunyai komunikasi interaktif yang tinggi. Bagi pengguna komputer multimedia dapat diertikan sebagai informasi komputer yang dapat dipersembahkan melalui audio atau video, teks, grafik dan animasi.
Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau Multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (McCormick 1996) atau Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media dapat audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk, 2002) atau Multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video (Robin dan Linda, 2001). Multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. 

 
Ada 2 kategori Multimedia berdasarkan definisi dari Media / Medium sendiri sebagai entitas yang dilewati oleh sesuatu, yaitu :

1. Multimedia content production Multimedia adalah penggunaan dan pemrosesan beberapa media (text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) yang berbeda untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (music, video, film, game, entertaiment, dll) Atau penggunaan sejumlah teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk menggabungkan media (text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi. Dalam kategori ini media yang digunakan (tampak pada gambar 2.1) adalah :

  • Media Teks 
  • Media Graph / Image 
  • Media Audio 
  • Media Interactivity 
  • Media Video 
  • Media Special Effect 
  • Media Animasi 
2. Multimedia communication Multimedia adalah menggunakan media (masa), seperti televisi, radio, cetak, dan Internet, untuk mempublikasikan/menyiarkan/mengkomunikasikan material advertising, publicity, entertaiment, news, education, dll. Dalam kategori ini media yang digunakan  adalah

  •   TV Radio Film Cetak Musik
  •  Game Entertaiment Tutorial ICT (Internet)

Jumat, 29 Maret 2019

Review salah satu Buku Public Relation


yashh jadi kemarin aku lagi kosong dan ga tau kenapa tiba tiba mampir ke Gramedia World dan iseng iseng baca buku yang menurut aku menarik sih..buku karya Dr. Syarifuddin S. Gassing, B.E., M.Si. Dan Suryanto, S.Sos., M.Si. lengkap banget sih isinya dan ternyata setelah cek di google banyak juga lho aplikasi onlne yang jual buku ini dan ada niatan deh buat blog review buku hehe di Gramedia harga buku ini di Rp 68.000 dan dapet diskon 20% jadi sekitar Rp 54.400 deh bukunya murah banget kann tapi isinya lengkap
menurut Dr. Syarifuddin S. Gassing, B.E., M.Si. tujuan buku ini adalah memberikan konstribusi motivasi dan manfaat tidak hanya bagi mahasiswa komunikasi, tetapi juga bagi para dosen maupun profesional. Singkatnya, untuk orang-orang yang saat ini menjabat sebagai pemimpin dan yang akan menjadi pemimpin bijak, yang pandai dalam membangun serta mempertahankan citra dan reputasi positif, baik bagi personal maupun institusional dan menurut aku sih tujuan nya jadi kenyataan...aku baru baca sebentar aja udah banyak informasi yang bisa aku dapatkan mulai dari Konsep Dasar Public Relations, Sejarah Public Relations, Public Relations Pemerintah dari Masa ke Masa, Program Kerja dan Perencanaan, Public Relations dan Organisasi dan masih banyak lagi dan saat itu juga ada abang abang yang ternyata baca buku yang sama hehe dan waktu aku ajak ngobrol ternyata dia ke gramedia cuma buat cari buku ini karena di Shopee sold out...wah sebegitu manfaat nya ya ini buku untuk semua...dan buku ini juga ga terlalu besar jadi mudah dibawa kemana mana dan aku sangat me recomended kan buku ini karena isi nya mudah di pahami dan yang pasti semua tentang Public Relation ada disini!!! btw kemaren aku ga beli karena uang ga cukup huhu
sampai disini dulu ya tulisan hari ini dan insya allah untuk kedepannya aku bakal sering review buku-buku pengetahuan doain ya !!

How i finish my call for paper ( Metode Penelitian Kualitatif )

  welcome back !!! Its been a longtime not see u on the blog hihi, hope y’ll keep healthy during this pandemic! Diblog kali ini aku akan b...